Pengalaman Membuat Passport di Daerah yang Berbeda dengan Alamat KTP

February 05, 2018

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengurus perpanjangan paspor di Jakarta. Buat yang belum tahu, saya berasal dari Padangsidimpuan yang berada di provinsi Sumatera Utara. Jadi, pertama kali buat paspor itu ya di kantor imigrasi Medan. Karena saya sekarang bekerja di Jakarta, there is no way I am going back to Medan just to renew my passport. Sebenarnya lagi nggak ada niat untuk jalan-jalan ke luar negeri (alasan financial dan cuti haha). Tapi saya memang orang yang suka mempersiapkan sesuatu jauh-jauh hari. Paspor saya sudah mau expired, makanya mau diperpanjang. Siap-siap aja, mana tahu tiba-tiba ada rezeki jadi nggak perlu heboh urus paspor lagi. Amin.

Sebelumnya saya sudah sibuk browsing cara memperpanjang paspor di Jakarta. Kebetulan saya tinggal di daerah Sunter (Jakarta Utara) sehingga saya memutuskan untuk memperpanjang paspor di kantor imigrasi Jakarta Utara di daerah Artha Gading. Untungnya sekarang kita tidak perlu lagi antri sejak pagi buta karena sudah ada aplikasi antrian online.

Jadi ceritanya paspor saya akan expired di Desember dan KK sudah dikirimkan oleh keluarga dari Padangsidimpuan di akhir November. Saya download aplikasi antrian online tersebut dan kemudian coba cari tanggal yang tersedia. Voila, yang paling cepat adalah 2 Januari. Bayangkan, saya buka akhir November, yang available di Januari. Desember sudah full. Mungkin karena holiday season, pikir saya. Nggak apa-apa lah toh nggak buru-buru juga. Saya tidak langsung book appointment nya karena KK belum di tangan. Keesokan harinya saya sudah dapat KK dan log in lagi ke antrian online tersebut. Guess what? Sekarang 2-3 Januari sudah full dan yang paling cepat ya 4 Januari. Gila! Kurang dari 24 jam, 2 hari sudah ludes. Ya sudah akhirnya book tanggal 4 Januari. Kalau sudah pilih tanggal, kita diminta pilih waktu: pagi atau siang. Saya pilih siang (biar pas habis makan siang) jam 2. Done.

Hari H, 4 Januari.

Saya pergi ke kanim Jakarta Utara dengan persyaratan yang dibutuhkan. Sesampainya di tempat saya bilang ke pak satpam kalau saya dapat antrian jam 2. Dia lihat jamnya, terus bilang untuk nunggu dulu dan isi formulir, nanti akan dipanggil. Waktu itu saya memang tiba di tkp jam setengah dua lebih. Ya sudah, saya menunggu sampai jam 2 sambil mengisi formulir. Jam 2 si Pak Satpam mulai berkoar-koar: ‘Antrian online jam 2!!!’. Semua orang yang dapat antrian online jam 2 mengikuti si Bapak ke mesin antrian trus kita dikasih nomor antrian. Setelah dapat nomor antrian kita nunggu lagi sampai nomor antriannya dipanggil.

Nah, tiba giliran saya. Si bu petugas meriksa kelengkapan berkas saya. Kemudian terjadilah sesuatu yang sebenarnya sudah saya takutkan:

Ibu 1      : Mau paspor apa?

Saya       : E-Paspor

Ibu 1      : Bukan domisili Jakarta ya?

Saya       : Iya Bu.

Ibu 1      : Di Jakarta ngapain?

Saya       : Kerja Bu.

Ibu 1      : Ada surat pernyataan dari kantor?

Saya       : (Panik) (bingung) Nggak ada Bu.

Ibu 1      : Aduh gimana ya. Ada ID card dari kantor gitu nggak?

Saya       : Saya adanya kayak badge nama gitu Bu.

Ibu 1      : Oh boleh, coba saya lihat.

Saya       : (ngasih badge nama) Ini bu.

Ibu 1      : (ngeliatin badge nama) Cuma gini aja?

Saya       : Iya Bu.

Ibu 1      : Ya udah, kamu fotocopy ini aja di lantai 2. Nanti kalau pas wawancara ditanyain kamu kasih ini aja.

Saya       : Ok Bu.

Saya naik ke lantai 2 untuk fotocopy. Setelah itu saya kasih ke bu petugas tadi. Dia masukin semua berkas saya ke map kuning dan saya dikasih nomor antrian untuk wawacara dan pengambilan data biometric. Selama nunggu dipanggil, saya Cuma bisa berharap petugas yang wawancara saya nggak kepo soal surat dari kantor ini.

Tiba saatnya saya untuk wawancara. Petugasnya ngecek berkas saya. Terjadi lagi yang saya takutkan. Dia nanya surat pengantar dari kantor. Pas saya kasih badge nama saya itu dia bilang nggak cukup. Harus surat dari kantor. Apes memang. Untungnya si bu petugas tetap foto dan ambil data biometrik saya. Padahal udah pasrah duluan kalau akan ulang proses dari awal lagi. Tapi dia nggak ngasih form pembayaran sampai saya bisa kasih surat pernyataan dari kantor saya. Dia bilang kalau suratnya sudah ada langsung ke counter dia aja tanpa harus mengantri lagi. Sukurlah. Setelah semuanya selesai sayapun kembali ke kantor dan langsung hubungi HR manager untuk ngeluarin surat pernyataan haha.

8 Januari saya menerima surat keterangan tersebut. Tapi berhubung saya dapatnya udah kesiangan saya putuskan untuk pergi ke kanim lagi keesokan harinya. 9 Januari saya langsung menuju counter yang sama. Dari gerak-geriknya sih si ibu udah lupa sama saya. Saya Cuma bilang kalau beberapa hari lalu saya lupa bawa surat keterangan dan sekarang sudah ada. Kebetulan saat itu si ibu memang sedang wawancara dan ambil data biometrik salah satu pelamar jadinya saya diminta nunggu sebentar sampai si pelamar ini selesai. Beberapa menit kemudian saya dipanggil dan si ibu nanya saya sudah difoto dan diambil data biometrik nya (tuh kan si ibu lupa). Saya bilang sudah. Beliau buka lagi berkas saya dan ngetik sesuatu di komputer. Terus saya dikasih form pembayaran yang isinya nomor aplikasi saya (untuk tracking), jumlah yang harus dibayar, dan nomor pembayaran. Nah untuk bayar ini bisa lewat teller di bank atau transfer via atm. Untuk tracking aplikasi kita pakai whatsapp. Sebelum saya meninggalkan counter, saya diminta untuk simpan nomor whatsapp nya. Si Ibu juga bilang karna saya apply e-passport jadi selesainya juga agak lama, sekitar 2 minggu gitu. Yowes bu, gapapa.

Selesai di kanim, saya langsung menuju atm BCA terdekat untuk transfer. Konon katanya paspor baru bisa diproses kalau sudah bayar. Jadi kalau bayarnya lama selesainya juga lama. Walaupun saya nggak buru-buru tapi tetap aja saya bayar secepat mungkin karena memang dikasih tenggat waktu satu minggu. Untung dekat kanim ada atm BCA jadi langsung cus. Selesai bayar membayar sayapun kembali ke kantor.

Seminggu kemudian (5 hari kerja) saya iseng tracking aplikasi saya. Eh, nggak dibales dong ya. Padahal kelihatan lagi online. Oh Indonesia Raya. Keesokan harinya saya iseng coba lagi. Eh, dibales dong ya. Eh, udah selesai dong ya. Saya benar-benar terkejut. E-Paspor saya (yang katanya bisa sampai 2 minggu) sudah selesai dalam waktu seminggu saja. Tak berapa lama kemudian saya langsung cus ke TKP. Saya udah nggak sabar megang e-passport baru saya hoho.

Sesampainya di kanim saya langsung ke counter pengambilan paspor dan memasukkan form pembayaran dan bukti pembayaran dari atm ke dalam sebuah keranjang. Nanti petugasnya akan ambilkan paspor kita. Saya menunggu sekitar 20 menit hingga akhirnya nama saya dipanggil. Kita Cuma diminta nunjukin KTP habis itu disuruh tanda tangan. Hore selesai. Sekarang punya e-passport hehe.

Dari pengalaman saya ini, saya masih heran kenapa saya masih harus menunjukkan surat keterangan dari kantor untuk menunjukkan bahwa saya bekerja dan tinggal di Jakarta. Toh di website resmi imigrasi tidak ada mewajibkan persyaratan semacam itu apabila pelamar mengurus paspor di daerah yang tidak sama dengan alamat KTP nya. Yang penting kan masih orang Indonesia. Indonesia oh Indonesia...

No comments:

Powered by Blogger.